Pendahuluan
Riwayat
berdirinya Kabupaten Banjarnegara disebutkan bahwa seorang tokoh
masyarakat yang bernama Kyai Maliu sangat tertarik akan keindahan alam
di sekitar Kali Merawu selatan jembatan Clangkap. Keindahan tersebut
antara lain karena tanahnya berundak, berbanjar sepanjang kali. Sejak
saat itu, Kyai Maliu kemudian mendirikan pondok/rumah sebagai tempat
tinggal yang baru. Dari hari ke hari kian ramai dengan para pendatang
yang kemudian mendirikan rumah disekitar tempat tersebut sehingga
membentuk seatu perkampungan. Kemudian perkampungan yang baru dinamai
“BANJAR” sesuai dengan daerahnya yang berupa sawah yang berpetak-petak.
Atas dasar musyawarah penduduk desa baru tersebut Kyai Maliu diangkat
menjadi Petinggi (Kepala desa), sehingga kemudian dikenal dengan nama
“Kyai Ageng Maliu Pertinggi Banjar”. Keramian dan kemajuan desa Banjar
di bawah kepemimpinan Kyai Ageng Maliu semakin pesat tatkala kedatangan
Kanjeng Pangeran Giri Wasiat, Panembahan Giri Pit, dan Nyai Sekati yang
sedang mengembara dalam rangka syiar agama Isalam. Ketiganya merupakan
putra Sunan Giri, raja di Giri Gajah Gresik yang bergelar Prabu Satmoko.
Sejak kedatangan Pengeran Giri Pit, Desa Banjar menjadi pusat
pengembangan agama Islam dan menjadi desa Banjar.Karena kepemimpinannya
itulah Desa Banjar semakin berkembang dan ramai. Desa Banjar
yangdidirikan oleh Kyai Ageng Maliu inilah pada akhirnya menjadi cikal
bakal Kabupaten Banjarnegara.(Disadur dari Buku Banjarnegara, Sejarah
dan Babadnya,Obyek Wisata dan Seni Budaya yang disusun oleh Drs. Adi
Sarwono, disusun kembali oleh Sekretariat Panitia HUT RI dan Hari Jadi
ke-175 Banjarnegara 2006).
KABUPATEN BAJAR WATU LEMBU BERDASARKAN SILSILAH DAN SEJARAH BAYUMAS
Setelah
Adipati Manguntudo I wafat, disebutkan bahwa pengganti Bupati Banjar
Petambakan adalah puteranya yang bergelar R. Ngabehi Mangunyudo II, yang
dikenal dengan R. Ngabehi Mangunyudo Sedo Mukti.
Diera
kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu
dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian
digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang
kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunbroto,Bupati Anom
Banjar Selolembu. Masih dari sumber yang sama, R. Ngabei Mangunbroto
wafat karena bunuh diri.
Pengganti adalah R.T. Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten Banjar Watu Lembu (Banjar selo Lembu).
R.
Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar Watu Lembu Pertama, yang
kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo
III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunyudo,
Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumberyang sama R. Ngabei
Mangunbroto wafat karena bunuh diri.Penggantinya adalah
R.T.Mangunsubroto yang memerintah Kapubaten Banjar Watulembu sampai tahu
1931. Karena Kabupaten Banjar Watulembu sangat antipati terhadap
Belanda, setelah perang Diponegoro di mana kemenangan dipihak Belanda,
Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan statusnya menjadi Distrik dengan
dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
KABUPATEN BANJAR WATU LEMBU BERDASARKAN SILSILAH KETURUNAN R. NGABEI BANYAKWIDE
Dalam
sumber sejarah disebutkan bahwa yang menggantikan Mangunyudo I adalah
R. Ngabehi Kenthol Kertoyudo yang kemudian bergelar R. Ngabehi
Mangunyudo II. Dalam perang Diponegoro lebih dikenal dengan R.
Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo Mukti. Pada masa
pemerintahan, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dan
kemudian dinamakan Kabupaten “Banjar Watulembu“.
Sikap
Adipati Mangunyudo II yang sangat anti terhadap Belanda dan bahkan
turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan Belanda (di
mana perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda),
berakibat R.Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar
Watulembu, dan pada saat itu pula status Kabupaten Banjar Watulembu
diturunkan menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun
Broto dan R. Ngabei Ranudirejo. Terlepas sumber yang benar, para
pemimpin/Bupati Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir
Mangunsubroto atau Mangunyudo II, semua anti penjajah Belanda.
KABUPATEN BANJAR PETAMBAKAN
Kyai
Ngabehi Wiroyodo merupakan Bupati Banjar Petambakan pertama yang
memerintah pada kurang lebih tahun 1582 (melihat pendirian Pendopo
Kabupaten Banyumas di Kejawaran oleh Warga Hutomo II,yang merupakan
salah satu pecahan dari Kabupaten Wirasaba tercatat tahun 1582).
Namun
siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai R. Ngabehi Banyakwide
diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar Petambakan
tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/catatan
tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan di bawah Kyai
Ngabei Wiroyuda tidak berkembang seperti halnya Kabupaten Merden yang
diperintah R. Ngabei Wirakusuma.Tidak demikian halnya dengan Kabupaten
Banyumas (Daerah Kejawar) di bawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo
II yang bertahan dan terus berkembang.
R.
Banyakwide adalah putra R. Tumenggung Mertoyudan (Bupati Banyumas ke
4). Dari sini terlihat bahwa seama 3 (tiga) periode kepemimpinan Bupati
di Kabupaten Banyumas (setelah Wargo Hutomo II) sampai dengan Bupati ke 4
(R.T. Mertoyudo), Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat ada yang
memerintah. Karena cukup lama tidak ada yang memerintah, maka setelah
diangkatnya R. Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di
Banjar Petambakan, ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Bajar
Petambakan Pertama setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.
R. Banyakwide mempunyai 4 (empat) putra, yaitu :
1. Kyai Ngabei Mangunyudo
2. R. Kenthol Kertoyudo
3. R. Bagus Brata
4. Mas Ajeng Basiah
Sepeninggal
R. Banyakwide Kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh R. Ngabei
Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan julukan Hadipati Mangunyudo
sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji saat perang melawan
Belanda di Kertosuro.
Kebenciannya
terhadap Belanda ditunjukan sewaktu ada geger perang Pracino (pecinan)
yaitu pemberontakan oleh bangsa Tionghoa kepada VOC saat Mataram
dipimpin Paku Buwono II.
R.
Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta ijin untuk
menghancurkan Loji VOC di Kertasura. Paku Buwono II mengijinkan dengan
satu permintaan agar R. Ngabehi Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami
istri orang Belanda yang berada di Loji paling atas.
Akhirnya
perangpun terjadi antara prajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC
(tahun 1743). Melihat prajuritnya banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I
marah, seluruh penghuni Loji dibunuhnya, bahkan beliu lupa pesan Sri
Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih
hidup di bagian atas Loji, maka R.Mangunyudo I mengejar dan berusaha
membunuh pasangan suami istri orang Belanda, yang sebenarnya adalah
Pakubowono II dan Permasuri yang sedang menyamar. Merasa terancam
jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang
sedang kalap di Loji VOC tersebut. Sebab itulah kemudian Adipati
Mangunyudo I dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
KABUPATEN BANJARNEGARA
Karena
selama perang Diponegoro dapat mengatasi pasukan Pangeran Diponegoro
yang dibantu oleh pasukan dari Kabupaten Banjarwatulembu yang dibantu
oleh pasukan Kabupaten (pada waktu itu terdapat ikatan perjanjian dengan
Ngabei di Purbolinggo dan kemudian diangkat menjadi Tumenggung selama
25 tahun, oleh Belanda diusulkan menjadi Bupati Banjar ( Banjar
Watulembu). Setelah mendapat ijin, maka berdasarkan Resolutie Governeur
General Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 Nomor I, maka Raden
Tumenggung Dipoyudho IV resmi menjabat Bupati Banjar Watulembu.
Beberapa saat setelah pengangkatannya, Raden Tumenggung Dipoyudho IV meminta ijin kepada Paku Buwana VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu. Setelah permintaan tersebut dikabulkan, maka dimulailah pembangunan kota
kabupaten yang semula berupa daerah persawahan. Untuk mengenang asal
mulai Kota Kabupaten baru yang berupa persawahan dan telah dibangun
menjadi kota, oleh Raden Tumenggung
Dipoyudho IV, Kabupaten Baru tersebut diberi nama “BANJARNEGARA” (
mempunyai maksud Sawah=Banjar, berubah menjadi kota=negara
) sampai sekarang. Setelah segala sesuatu siap, Raden Tumenggung
Dipoyudo IV sebagai Bupati beserta semua pegawai Kabupaten pindah dari
Banjar Watulembu ke kota yang baru Banjarnegara. Dikarenakan pada saat pengangkatannya status Kabupaten Bajar Watulembu
yang terdahulu telah dihapus, maka Raden Tumenggung Dipoyudho IV
dikenal sebagai Bupati Banjarnegara I (Pertama). Peristiwa Pengangkatan
Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22 Agustus 1831 sebagai
Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar untuk menetapkan Hari
Jadi Kabupaten Banjarnegara, yaitu dengan Keputusan Hari Jadi Kabupaten
Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten
Banjarnegara.
-------